SUMBER BELAJAR PAI BERBASIS KARAKTER

 

SUMBER BELAJAR PAI BERBASIS KARAKTER

 

 

 

 

 

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Sumber Belajar PAI

Dosen Pengampu : Lastri Khasanah, M.Pd.

 

 

 

Disusun Oleh :

Maghfir Akbar

 

 

 

Jurusan Tarbiyah

Prodi Pendidikan Agama Islam

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUFYAN TSAURI MAJENANG – CILACAP

Jl. KH. Sufyan Tsauri, Cigaru, Cibeunying, Majenang Cilacap, Jawa Tengah (53257) tlp. (028062362)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Kajian Pemberdayaan Masyarakat  yang berjudul “SUMBER BELAJAR PAI BERBASIS KARAKTER”. Tak lupa sholawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Agung Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti. Aamiin.

Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Lastri Khasanah, M.Pd selaku dosen mata kuliah Sumber Belajar PAI Sekolah Tinggi Agama Islam ( STAI ) Sufyan Tsauri Majenang yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat menyadari bahwa tulisan ini pasti terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan evaluasi kami demi pembuatan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang, mengingat bahwa kritik dan saran merupakan hal-hal yang penting untuk membuat sesuatu yang lebih sempurna dari sebelumnya.

Mudah-mudahan tulisan yang kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Kami mohon maaf apabila terdapat kalimat yang kurang berkenan dalam penulisan ini.

Majenang, 16 Oktober  2022

 

 

Penulis

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

A. Latar Belakang. 1

B. Rumusan Masalah. 2

C. Tujuan Penulisan. 2

BAB II. 3

PEMBAHASAN.. 3

A. Pengembangan Sumber Belajar Berbasis Karakteristik Peserta Didik. 3

BAB III. 14

PENUTUP. 14

A. Kesimpulan. 14

DAFTAR PUSTAKA.. 15

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara   faktual    ikhtiar   pengembangan   sumber   belajar  merupakan  sebuah  keniscayaan.  Keniscayaan pengembangan sumber  belajar  didasarkan  pada dua  realitas  berlawanan yang dimilikinya. Di  mana di satu sisi sumber belajar  memiliki sifat yang statis, akan tetapi di sisi lain dituntut memiliki peran yang dinamis.   Sifat statis  berasal  dari  komponen sumber  belajar yang berupa   benda meliputi; manusia,   buku, perpustakaan, media    massa,    alam    lingkungan, dan    media    pendidikan. Sedangkan   dari   sisi   peran,   sumber belajar dituntut   untuk berperan sebagai  sumber  berbagai informasi  dan  pengetahuan yang  diperlukan  dalam  mengembangkan  berbagai  kompetensi yang  diinginkan  pada  bidang  studi  atau  mata  pelajaran  yang dipelajarinya. Dengan  kondisi  tersebut  maka  sumber  belajar sangat penting untuk dikembangkan dan terbarukan.

Salah  satu cara pengembangan  sumber  belajar  yang cukup prospektif   adalah  dengan   berbasis   peserta   didik. Hal   ini dikarenakan  keberadaan  sumber  belajar  selalu  terkait  bahkan tidak dapat dipisahkan  dengan  kondisi  peserta  didik.  Sehingga pengembangan   sumber   belajar   yang   baik   harus terintegrasi dengan  realitas  peserta  didik.  Dengan  demikian pengembangan berbasis peserta  didik  menjadi  salah  satu  cara  pengembangan yang terintegrasi.

Pengembangan   sumber   belajar berbasis   peserta   didik memungkinkan  tercapainya  proses pembelajaran yang  optimal. Pasalnyakualitas  pembelajaran  terkait  erat  dengan  kualitas sumber  belajarnya.  Di  mana  proses  pembelajaran  yang  baik akan  membutuhkan  pengembangan  sumber  belajar  yang  baik. Dengan    katalain        sebuah    proses    pembelajaran    tanpa pengembangan  sumber  belajar yang  tepat maka  tidak  mungkin terlaksana  dengan  optimal.  Dengan  demikian  pengembangan sumber  belajar berbasis  peserta  didik  memungkinkan  dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Prinsip   umum   dalam   pengembangan   sumber   belajar berbasis  peserta  didik  adalah  efektifitas  dan  efesiensi.  Prinsip efektifitas     mengarah    pada    upaya    pengembangan     yang menghasilkan     penghematan     waktu,     sedangkan     efesiensi mengarah  pada  kemudahan  teknis.  Dengan  kata  lain  prinsip pengembangan  ini  adalah  mengarah  kepada terciptanya  sumber belajar  yang  dapat  mempermudah  dan  mempercepat  proses pembelajaran.[1]Berdasarkan   deskripsi   diatas   maka   penulis tertarik  membahas  tema  ini  dengan  sub  bab  sebagai  berikut:  Sumber  Belajar  dan  Seluk  Beluknya,    Pengembangan  Sumber Belajar Berbasis Karakteristik Peserta Didik.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Pengembangan Sumber Belajar Berbasis Karakteristik peserta didik ?

2.      Bagaimana Langkah – langkah sistemstis dalam  pengembangan  sumber   belajar ?

C. Tujuan Penulisan

1.      Untuk Mengetahui Pengembangan Sumber Belajar Berbasis Karakteristik peserta didik.

2.      Untuk Mengetahui Langkah – langkah sistemstis dalam  pengembangan  sumber   belajar.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengembangan Sumber Belajar Berbasis Karakteristik Peserta Didik

Secara  historis  penggunaan  sumber  belajar  dalam  dunia pendidikan  sudah  dikenal  sejak  lama. Bila  menoleh  sejarah pendidikan   di   kalangan   umat   Islam,   maka   pada   zaman pertengahan   Islam   fasilitas sumber   belajar   sudah   dikenal walupun   amat   sederhana   namun   sudah   dilengkapi   adanya ruangan  yang  luas untuk tempat perkuliahan, sudah ada asrama untuk  mahasiswa,  juga  ada rumah - rumah  pengajar,  dilengkapi pula  dengan  tempat - tempat  rekreasi,  kamar  mandi,  dapur,  dan ruang makan.[2]

Saat  ini trend penggunaan  sumber  belajar  tidak  hanya digunakan    apa    adanya    melainkan    dikembangkan    terlebih dahulu.    Salah    satu    cara    yang    dapat    dilakukan    dalam pengembangan  sumber  belajar  adalah  dengan merencanakan langkah - langkah   secara   sistematis.   Adapun   langkah - langkah sistemstis dalam  pengembangan  sumber   belajar  diantaranya adalah :

1.      Menganalisis Kebutuhan dan Karakteristik Belajar Siswa

Jika    membuat    program sumber    belajar tentu    yang diharapkan  dari  program  yang  dibuat  akan  digunakan  atau dimanfaatkan oleh  siswa.  Program  tersebut  hanya  akan digunakan  kalau  program  itu  memang  mereka  perlukan. Sebagai  perancang  program  siswa,  tentu  guru  harus  dapat mengetahui   pengetahuan   dan   keterampilan   awal   siswa. Suatu program sumber belajar akan dianggap terlalu mudah bagi siswa bila siswa tersebut telah memiliki sebagian besar pengetahuan/keterampilan   yang   disajikan   oleh   program sumber belajar tersebut, begitu pula sebaliknya.[3]

Sebuah perencanaan sumber belajar didasarkan salah satu indikatornya di dalamnya terdapat kesenjangan. Kesenjangan adalah ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Dalam pembelajaran yang dimaksud dengan kebutuhan adalah adanya kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang diinginkan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.[4]

Sebagai sumber belajar yang meletakkan cara berpikir konkrit dalam kegiatan belajar mengajar, pengembangannya diserahkan kepada guru. Guru dapat mengembangkan sumber belajar sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini akan terkait dengan kecermatan guru memahami kondisi psikologis siswa, tujuan metode, dan kelengkapan alat bantu. Kesesuaian dan keterpaduan dari semua unsur ini akan sangat mendukung pengembangan sumber belajar pengajaran.

2.      Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan dan diapresiasi. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Suatu tujuan pembelajaran seyogianya memenuhi kriteria sebagai berikut:

a.       Menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar.

b.      Mendefenisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.

c.       Menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.[5]

Mager, dikutip Hamalik[6], merumuskan konsep tujuan pembelajaran yang menitik beratkan pada tingkah laku siswa dan perbuatan (performance) sebagai output (keluaran) pada diri siswa, yang dapat diamati. Output tersebut menjadi petunjuk, bahwa siswa telah telah melakukan kegiatan belajar. Tujuan merupakan dasar untuk mengukur hasil pembelajaran, dan juga menjadi landasan untuk menentukan isi pelajaran dan metode mengajar.

Berdasarkan isi dan metode selanjutnya ditentukan kondisi-kondisi kegiatan pembelajaran yang terkait dengan tujuan tingkah laku tersebut, yang disebut sebagai kondisi internal. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait dengan tujuan tingkah laku disebut kondisi luar. Berdasarkan pemikiran ini, maka dianggap perlu menentukan kondisi-kondisi ekternal yang berguna untuk meyakinkan bahwa perilaku yang diperoleh benar-benar disebabkan oleh kegiatan belajar, bukan karena sebab-sebab lainya. Sebagaimana firman Allah swt. “Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. 51: 56).[7]

Allah swt. sendiri menciptakan manusia memiliki tujuan tertentu, demikian pula dalam mengerjakan apapun, manusia perlu menentukan tujuan yang jelas. Langkah-langkah dalam pembelajaran perlu direncanakan agar tujuan pelajaran dapat tercapai, hal ini juga untuk mempermudah pemahaman peserta didik dalam memahami materi yang sedang diajarkan. Umumnya langkah-langkah membelajarkan didasarkan dari yang mudah ke yang sukar dan dari yang bersifat ingatan sampai ke evaluasi atau modifikasi. Dalam langkah membelajarkan perlu dianjurkan terlebih dahulu konsep dasar atau dasar teori sebelum memasuki pemecahan masalah.

Setelah melakukan identifikasi karakteristik siswa, guru perlu menerapkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dicapai, meliputi aspek kognitif, efektif, dan psikomotor. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memiliki metode, sumber belajar, dan strategis pembelajaran yang akan digunakan. Ketiga komponen ini perlu di aplikasikan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajaran akan memberikan kontibusi positif bagi terciptakan proses belajar yang optimal. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran.[8]

Desain pembelajaran untuk jangka waktu yang singkat adalah sebagai berikut:

a.     Setiap guru harus merumuskan tujuan instruksional yang akan diajarkan.

b.      Guru harus menguasai materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.

c.       Seorang guru harus memiliki banyak sumber-sumber belajar.

d.      Seorang guru harus banyak menguasai sistem pengajaran.

e.       Seorang guru harus mampu memanfaatkan sumber belajar pendidikan yang ada secara tepat.

f.       Seorang guru harus mengetahui assesmen siswa.

g.      Setiap guru merencanakan kegiatan selama proses pembelajaran.

h.      Guru harus menguasai pengertian, tujuan dan teknik evaluasi dengan baik.

i.        Setiap guru selalu berusaha mengembangkan segala komponen yang berfungsi dan berinteraksi di dalam sistem pengajaran itu.

j.        Perencanaan yang dibuat, merupakan antisipasi dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pengajaran, sehingga tercipta suatu situasi yang memungkinkan terjadinya proes belajar yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan yang diharapkan.[9]

Pada hakekatnya jika suatu kegiatan direncanakan terlebih dahulu, keberhasilan atau kelancaran menuju tujuan yang akan dicapai akan lebih terarah. Hal itulah yang membuat para guru harus memiliki kemampuan untuk membuat sebuah desain sumber belajar yang kreatif. Seorang guru hendaknya merencanakan program pembelajaran yang berupa materi maupun keterampilan yang akan diberikan setiap pertemuannya. Desain pembelajaran itu dapat sebagai kontrol dan pegangan saat membelajarkan bagi guru itu sendiri.

3.      Pengembangan Materi Pembelajaran

Sebelum memasuki kelas, kita harus meracang tentang apa yang mesti disampaikan kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, dan pengalaman belajar siswa nantinya mengandung muatan pelajaran, muatan pelajaran mencakup kebutuhan siswa itu sendiri. Muatan pelajaran adalah materi yang disusun oleh guru atau tenaga pengajar, yang diambil dari sumber utama dan sumber penunjang.

Materi disusun berdasarkan tujuan, kompetensi dan indikator belajar yang telah dikembangkan sebelumnya. Kesesuaian materi yang dikemas dengan tujuan, kompetensi dan indikator merupakan jaminan bagi tercapainya hasil belajar yang diharapkan, demikian juga sebaliknya, bila materi disusun tidak merujuk ketujuan, kompetensi dan indikator, maka akan menjauh kan dari capaian hasil belajar yang optimal.[10]

Di dalam pengembangan materi, alat dan sumber berupa buku pelajaran yang dipergunakan sebagai rujukan harus disesuaikan dengan kurikulum. Muatan pelajaran biasanya selalu berubah-ubah karena diperkaya dengan informasi komplek. Maka kita sebagai guru boleh-boleh saja mempergunakan buku tambahan lain dan harus diberitahukan kepada siswa. Materi atau bahan pembelajaran merupakan bagian terpenting bagi terlaksananya proses pembelajaran, yang tertuang kedalam kurikulum yang harus dikuasai oleh guru dan peserta didik.[11]

Untuk dapat mengembangkan bahan instruksional yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, tujuan yang telah dirumuskan harus dianalisis lebih lanjut. Kepada setiap tujuan itu pertanyaan yang sama diajukan yaitu kemampuan yang harus dimiliki siswa sebelum siswa memiliki kemampuan yang dituntut tujuan khusus ini.[12]

Alat pengukur keberhasilan dapat berupa tes, penguasaan atau daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan perlu dikembangkan dengan berpijak pada tujuan yang telah dirumuskan dan harus sesuai dengan materi yang telah disiapkan. Yang perlu diukur adalan tiga kemampuan utama, yaitu pengetahuan, sikap/ perilaku dan keterampilan. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara tujuan, materi dan tes pengukur keberhasilan.[13]

Dengan membuat pertanyaan-pertanyaan ini, maka guru bisa menentukan materi pelajaran yang diberikan kepada siswa, disertai pemilihan sumber belajar yang yang tepat.

4.      Mengembangkan Alat Ukur Keberhasilan

Alat pengukur keberhasilan siswa perlu didirancang sebelum naskah program sumber belajar ditulis atau sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Alat ini dapat berupa tes, penugasan atau daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan pokok-pokok materi pelajaran yang akan disajikan kepada siswa.[14] Alat pengukur keberhasilan harus bisa digunakan secara tepat saat dibutuhkan dalam pembelajaran, dengan alat pengukur keberhasilan ini bisa dilihat keberhasilan siswa belajar dengan menggunakan sumber belajar yang ada.

5.      Pemilihan Jenis Sumber Belajar

Sumber belajar dalam proses pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting karena ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan sumber belajar sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan sumber belajar. Sumber belajar dapat mewakili apa yang kurang mampu diucapkan oleh guru dengan kata-kata atau kalimat tertentu, dan dengan demikian anak didik lebih mudah mencerna bahan yang dipelajarinya.

Kegunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a.       Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

c.       Dengan mengunakan sumber belajar pendidikan dengan cara tepat dan bervariasi dan dapat diatasi sikap pasif anak didik.

d.      Dengan sifat yang unik pada siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan pendidikan ditentukan sama untuk siswa maka guru akan banyak mengalami kesulitan bila mana semuanya itu diatasi sendiri.[15]

Setelah menentukan pilihan sumber belajar yang hendak digunakan, maka akhirnya guru dituntut untuk dapat memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. Sumber belajar yang baik belum tentu menjamin keberhasilan belajar siswa jika guru tidak dapat menggunakannya dengan baik. Untuk itu, sumber belajar yang telah dipilih dengan tepat harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin sesuai prinsip-prinsip pemanfaatan sumber belajar.

Sumber belajar mempunyai sifat menyalurkan pesan, merangsang kemauan siswa, maka seorang guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang sumber belajar yang digunakannya, meliputi:

a.       Sumber belajar sebagai alat komunikasi guru lebih mengefektifkan proses belajar mengajar

b.      Sumber belajar berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

c.       Penggunaan sumber belajar dalam proses belejar mengajar.

 

d.      Penggunaan sumber belajar dalam proses belejar mengajar.

e.       Nilai dan manfaat sumber belajar pendidikan.

f.       Memilih dan menggunakan sumber belajar pendidikan.

g.      Mengetahui sebagai jenis alat dan teknik sumber belajar pendidikan.

h.      Mengetahui penggunaan sumber belajar pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan.

i.        Melakukan usaha-usaha inovasi dalam sumber belajar pendidikan.[16]

Berdasarkan hal di atas bahwa sumber belajar pendidikan sangat tepat untuk membantu upaya mencapai keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu, guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih dan menggunakan sumber belajar pendidikan dan pengajaran. Sumber belajar sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan sumber belajar maka bahan pengajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pengajaran yang rumit atau kompleks.

Sumber belajar mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan sumber belajar mempertinggi kegiatan belajar anak didik yang akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan sumber belajar.[17]

Menurut pendapat yang lain dikatakan bahwa prinsip-prinsip penggunaan sumber belajar pembelajaran adalah sebagai berikut:

 

a.       Penggunaan sumber belajar hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari suatu sistem pengajaran.

b.      Sumber belajar pengejaran hendaknya di pandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.

c.       Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu sumber belajar pengajaran yang digunakan.

d.      Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu sumber belajar pengajaran.

e.       Penggunaan sumber belajar pengajaran harus diorgan-isir secara sistematis.

f.       Memanfaatkan multi sumber belajar jika hal itu diperlukan.[18]

Dalam menggunakan sumber belajar hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan sumber belajar tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip itu menurut Sudjana, dikutip Djamarah adalah 1) Menentukan sumber belajar dengan tep at; artinya, sebaiknya guru memilih terlebih dahulu sumber belajar manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan, 2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat; artinya, perlu diperhitungkan apakah penggunaan sumber belajar itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik, 3) Menyajikan sumber belajar dengan tepat; artinya, tekhnik dan metode penggunaan sumber belajar dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada, 4) Menempatkan atau memperlihatkan sumber belajar pada waktu, tempat dan situasi yang tepat; artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar sumber belajar digunakan. Tentu tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar terus menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan sumber belajar pengajaran.[19]

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Dalam hal ini perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan atau digunakan sebagai sumber belajar maupun sumber belajar pembelajaran. Namun tak dapat dipungkiri bahwa banyak tenaga pendidik yang tidak bisa mengoperasikan atau mengggunakan peralatan teknologi saat ini. Sehingga saat ini sangat dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan dalam proses belajar mengajar agar tidak tertinggal.

Mendesain sumber belajar pendidikan menghendaki pemenuhan tuntutan zaman. Era teknologi saat ini menghendaki dunia pendidikan menyesuaikan diri, termasuk aspek sarana prasarana pendidikan yang berbasis teknologi. Teknologi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan-kegiatan bisnis, memberikan andil besar terhadap perubahan-perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi.

Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa, 1) Teknologi menggantikan peranan manusia, dalam hal ini, teknologi informasi melakukan atomasi terhadap suaatu tugas atau proses, 2) Teknologi memperkuat peran manusia, yakni dengan menyajikan informasi terhadap suatu tugas dan 3) Teknologi informasi bertugas dalam resrukturisasi terhadap peran manusia. Dalam hal ini, teknologi berperan dalam melakukan perubahan-perubahan terhadap sekumpulan tugas atau proses.[20]

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pemilihan dan pengunaan sumber belajar pembelajaran. Para guru dituntut agar mampu menggunakan sumber belajar pendidikan yang disediakan sekolah yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman dan kepala sekolah harus bijaksana menyediakan sumber belajar pendidikan yang dibutuhkan guru dalam pembelajaran.

6.      Mengadakan Evaluasi

Pembelajaran merupakan totalitas aktivitas belajar dan membelajarkan yang diawali dengan desain pembelajaran diakhiri dengan evaluasi. Dari evaluasi ini diteruskan dengan follow up. Dengan demikian desain pembelajaran pembelajaran adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanankan tugas aktivitas pengajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pengajaran serta melalui langkah-langkah pengajaran.

Evaluasi adalah proses memberikan atau menentukan terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.[21] “Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai, atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan pengukuran.”[22] Evaluasi sumber belajar adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pelajaran, termasuk sumber belajar.[23]

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Sumber belajar berperan dalam menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan yang diperlukan dalam mengembangkan berbagai kompetensi yang diinginkan pada mata pelajaran yang dipelajarinya. Mengembangkan sumber belajar Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan 1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik belajar siswa, 2) merumuskan tujuan pembelajaran, 3) pengembangan materi pembelajaran, 4) mengembangkan alat ukur keberhasilan, 5) pemilihan jenis sumber belajardan 6) mengadakan evaluasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Parcival, Fred dan Henry Ellington, 1988. Teknologi Pendidikan, Terjemahan

Soedjarwo S, Jakarta: Erlangga.

Pribadi, Benny A., 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Dian

Rakyat.

Ramayulis, 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Roestiyah NK, Masalah Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Sadiman, Arief. S., 2005. Media Pendidikan,Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sardiman AM, 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Zain, Aswan dan Bahri Syaiful Djamarah, 1997. Strategi Bela-jarMengajar,

Jakarta: Rineka Cipta.

Kadir, Abdul, 2003. Pengenalan Sistem Informasi, Yogyakarta: Andi Offset.

Mukhtar dan Iskandar, 2010. Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi

dan Komunikasi,Jakarta: Gaung Persada Press.

Mukhtar, 2003. Evaluasi yang Sukses Pedoman Mengukur Kinerja Pembelajaran,

Jakarta: Sasana Mitra Suksesa.

Mulyasa, E., 2008. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari, 1993. Pendidikan dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas.



[1] 1Hadari Nawawi, Pendidikan dalam  Islam, (Surabaya:  Al-Ikhlas, 1993), hal.126.

 

[2] Muhammad Attiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Is-lam,  Terj. Bustami  A.  Gani  dan  Djohar  Bahry,  (Jakarta:  Bulan  Bintang, 1974), hal. 82.

[3] Arief.  S.  Sadiman, Media  Pendidikan,(Jakarta:  Raja  Grafindo Persada, 2005), hal. 101-103.

 

[4] Bukittinggi news.com, ”Desain Media Pembelajaran”, (http://bukittingginews.com /2011/06/desain-media-pembelajaran/diakses 19 Agustus 2011), hal. 2. 

[5] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 76-77. 

[6] Ibid., hal. 77-78. 

[7] Departemen Agama RI, op. cit., hal. 862. 

[8] Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2010), hal. 186-187. 

[9] Roestiyah NK, Masalah Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 45-47. 

[10] Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Sebuah Orientasi Baru),(Jakarta: Gaung Persada Press, 2010),hal. 44-45. 

[11] Ibid.,hal. 45. 

[12] Arief. S. Sadiman, op. cit.,hal. 111-112. 

[13] Bukittinggi news.com, ”Desain Media Pembelajaran”, hal. 3. 

[14] Arief. S. Sadiman, op. cit.,hal. 114. 

[15] Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 2003), hal. 16.  

[16] Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran,(Jakarta: Delia Citra Utama, 2005), hal. 18. 

[17] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. cit., hal. 138. 

[18] Basyiruddin Usman dan Asnawir, op. cit.,hal. 19. 

[19] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. cit., hal.143-145. 

[20] Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hal. 15. 

[21] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), hal. 55. 

[22]Mukhtar, Evaluasi yang Sukses Pedoman Mengukur Kinerja Pembelajaran, (Jakarta: Sasana Mitra Suksesa, 2003), hal. 59 

[23]Arief. S. Sadiman, op. cit.,hal. 182.. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Sholawat Allohumma sholli alal Musthofa // Alal Musthofa

lirik Sholawat Tohannabi Adnani // AZ zahir

Analisis film Good Will Hunting, Kisah Inspiratif Sang Jenius Matematika,